HeadlineJawa TimurNganjuk

Tradisi Boyong, dari Kemeriahan hingga Insiden Genset Mobil Terbakar

Nganjuk, NNews.co.id – Tradisi Boyong menjadi bukti sejarah berdirinya Pemerintahan Kabupaten Nganjuk, yang mana sebelumnya berada di Kecamatan Berbek kemudian pindah di Kecamatan Nganjuk sebagai pusat pemerintahannya.

Proses pemindahan dari Berbek ke Nganjuk juga diiringi dengan gunungan hasil bumi sebagai tradisi Sedekah Bumi masyarakat Kota Angin dan masih terjaga kelestarian hingga saat ini.

Prosesi boyongan ditandai dengan penyerahan pusaka oleh Camat Berbek kepada Penjabat Bupati Nganjuk, Sri Handoko Taruna. Sebagai simbol beralihnya pusat kekuasaan dari Ibu Kota Berbek ke Kota Nganjuk.

Tahun 2024 ini, prosesi Boyong dan sedekah bumi kabupaten Nganjuk dilaksanakan berbeda dengan tahun sebelumnya.

Sebelumnya Tradisi Boyong dilaksanakan bersamaan dengan hari jadi Nganjuk, padahal Boyong dan hari jadi kejadiannya jauh berbeda.

Hari jadi Nganjuk jatuh pada tanggal 10 Mei pada masa kerjaan Mpu Sendok. Sementara, Boyong pada 6 Juni pada masa kolonial belanda.

Pada masa pemerintahan Pj Bupati Nganjuk Sri Handoko Taruna hal tersebut diluruskan, menyesuaikan kejadian sebenarnya.

Prosesi Boyong dari Kadipaten Berbek ke Kabupaten Nganjuk adalah pemindahan pemerintahan yang ditandai diboyongnya dua pusaka Kadipaten Nganjuk.

Piranti Boyong seperti bantal, guling, tikar, dan sesaji juga disiapkan untuk ritual Boyong.

Dengan menaiki kereta kuda pucuk pimpinan Nganjuk mulai dari Bupati, ketua DPRD Nganjuk beserta wakilnya, Forpimcam dan pimpinan OPD diarak dari Berbek ke Nganjuk mengiringi dua pusaka yang dibawa kereta Bupati.

Prosesi ini tampak lebih meriah lagi. Pasalnya kirab boyongan tersebut melibatkan semua Pejabat di Pemerintah Kabupaten Nganjuk hingga pengusaha dan tokoh masyarakat Nganjuk. Mereka pun tampak mengenakan pakaian lurik dan diarak menggunakan Dokar dari Berbek menuju Nganjuk.

Sepanjang jalan, pimpinan Kabupaten Nganjuk mendapat lambaian tangan dari warga yang menyaksikan.

Sampai di Taman Nyawiji, rombongan Pj Bupati Nganjuk turun dari kereta berjalan bersama pelaku seni yang ikut menyemarakan prosesi Boyong.

Di jalan, Pj Bupati Nganjuk dan pimpinan DPRD Nganjuk membagikan bendera merah putih kepada warga yang menyaksikan di pinggir jalan A Yani Kota Nganjuk.

Acara sakral ini juga dihadirkan Drumband dari Keraton Solo serta pentas seni tradisional.

Di depan pendopo Kabupaten Nganjuk, punggawa kadipaten mengucapkan salam sebagai tanda akan masuk pendopo Kabupaten Nganjuk.

Kehadiran rombongan diterima Ngawoko Projo dan dipersilahkan masuk.

Semua syarat boyong telah diserahkan kepada Ngawoko Projo, sementara dua pusaka kadipaten diterima langsung Pj Bupati Nganjuk Sri Handoko Taruna.

Ketua DPRD Nganjuk, Tatit heru Tjahjono menyambut baik agenda boyong tahun ini, pihaknya akan mendukung agenda ini pada tahun selanjutnya.

“ Saya sangat mendukung tradisi Boyong yang dilaksanakan tahun ini, dan kedepannya saya juga pasti akan mEndukung tradisi ini,”ungkap Tatit kepada sejumlah media, Kamis (6/6/2024).

Sebagai ungkapan rasa syukur atas terselenggaranya prosesi Boyong, Pj Bupati Nganjuk melakukan potong tumpeng dan diserahkan kepada ketua DPRD Nganjuk.

Genset diatas Mobil BPBD kab. Nganjuk yang terbakar saat pawai Boyong. (6/6/24). Foto : istimewa

Dalam acara prosesi Boyong tersebut sempat terjadi insiden, dimana genset yang berada di atas mobil BPBD Nganjuk terbakar. Sejumlah orang yang berada di atas  mobil panik dan langsung loncat dari atas mobil.

Begitupula orang yang dibawah mobil langsung berusaha memadamkan api dengan tanah, hingga ahirnya api bisa dipadamkan.

Hingga saat ini belum diketahui penyebab terbakarnya genset yang ada di mobil BPBD Nganjuk dalam acara boyong tersebut.

Hariadi Soewandito

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button
error: Content is protected !!