BojonegoroHeadline

Ojek Pangkalan, Hidup Segan Mati Tak Mau

Bojonegoro, NNews.co.id – Ojek ! ojek ! ojek! Ayo pak ojek pak ojek. Suara Yusron (41) tahun, seorang tukang ojek pangkalan berteriak kepada calon penumpang di Terminal Type A Rajekwesi Bojonegoro, Rabu ( 29/1 2024) siang. 

Dengan awas Yusron memperhatikan sekitarnya, setiap orang lewat tidak luput dia tawarkan naik ojek sambil sesekali harus berlari-lari menawarkan kepada penumpang.

Siang itu, Yusron memarkir sepeda motor ojeknya di depan pintu masuk Terminal Type A Rajekwesi Bojonegoro. Dengan Nur (47) tahun kawan seprofesinya, dia juga berteriak menawarkan setiap orang yang lewat untuk menjadi penumpangnya.

Kini, dia pakai motor miliknya, ia tak mau menggunakan sepeda motor pinjaman. Ketimbang pendapatnya yang makin mengecil berkurang untuk berbagi hasil dengan pemiliknya. Ia juga berteriak dan memungut ongkos penumpang sendiri.

Dulu zaman ojek pangkalan berjaya di Bojonegoro, tak butuh menarik urat leher pun sepeda motor ojek Yusron akan silih berganti dalam sekejap. Dari pelajar, pegawai, buruh, pedagang, karyawan bahkan kuli ikut serta. Tapi siang itu, meskipun sudah bermodal kesabaran dan usaha menarik pita suaranya, Yusron cuma dapat 1 penumpang di Terminal Type A Rajekwesi Bojonegoro.

” Sepi, ojek sepi Mas sekarang, ngak seperti dulu”, sambung Nur, tukang ojek warga Ledok Kulon turut serta dalam obrolan sambil sesekali mencari penumpang.

Dulu, pemandangan saat bus menurunkan penumpang di dalam terminal, penumpang harus rela berebut ojekan. Tak jarang penumpang pun harus rela menunggu penumpang ojekan lain selesai sampai tujuan.

Tapi kini, ojek pangkalan sepi peminat, mau tidur-tiduran pun siapa mau larang. Mungkin dahulu penumpang bisa berpegang teguh pada pepatah ‘siapa cepat dia dapat, tapi sekarang tukang-tukang ojek yang dulu mau ngojek sangat susah, kini bisa bebas ngojek dengan siapapun dan kapanpun, tak perlu lagi saling berebut karena sepinya penumpang.

” Dari pagi, sialan baru dapat satu penumpang, mau dapat lagi udah ke duluan yang lain!” keluh Yusron, tukang ojek warga Desa Soko Kecamatan Soko Kebupaten Tuban ini.

Di pangkalan pun tak habis-habisnya Yusron mengeluh, apalagi setiap ada ojekan didahului ojek online. Dia benar-benar kesal sejak adanya ojek online mulai melebarkan sayap-sayapnya di wilayah Bojonegoro. Kalau kata Yusron mereka telah mengambil ” jatah” alias penumpang dari pangkuannya.

“Waduh, penumpang ku, ambil aja terus, ambil semua penumpangnya itu, hmm!” celoteh Yusron sambil sesekali menyedot sebatang rokok di tangannya.

Belum lagi kemunculan mobil ojek online yang menurut Yusron turut ikut ‘nyolong’ penumpangnya. Kalau menurut Yusron, mobil ojek online ini meski tidak sebanyak sepeda motor ojek online tapi tetap saja mencuri penumpang di terminal. Alhasil bila dulu dia pasti banyak penumpang di depan Terminal, kini justru dia memacu semangat ngojeknya tanpa berhenti.

Setiap harinya, Yusron harus menghidupi istri dan anaknya. Ia juga harus memotong kembali pemasukannya untuk keperluan isi bensin sepeda motornya senilai Rp 30 ribu. Lalu untuk perharinya sendiri kisaran pendapatan kotor Yusron hanya menyentuh kisaran Rp. 100-Rp.200 ribu, otomatis tidak banyak hasil ‘narik’ yang ia bawa pulang.

“Ya, nggak banyak kalau sekarang, nembus Rp 200 ribu buat dibawa pulang sudah jarang banget sekarang, paling Rp Rp.50- Rp.100 ribu. Itu sudah seirit mungkin ,” kisah Yusron, yang sudah jadi tukang ojek pangkalan hampir selama 19 tahun ini.

Kini, Yusron bingung hendak ke mana lagi dia mencari uang apabila benar-benar ojek pangkalan terjun ke jurang ketiadaan. Mengingat dirinya pun hanya pernah mengenyam pendidikan hingga bangku SMP, itupun tidak lulus. Satu-satunya keahlian yang dia miliki hanyalah tukang kayu.

Sebelumnya pernah Yusron mencoba  profesi menjadi tukang kayu di sebuah usaha mebel, namun menurutnya tidak ada perbedaan signifikan yang ia dapatkan. Apalagi saat itu usaha mebel yang ia tempati, hanya modal pinjaman, dan kini sudah tutup usahanya.” Jadi tukang kayu di sebuah usaha mebel, tapi ya ngak lama, sudah bangkrut usaha mebelnya, udah lama” ungkap Yusron.

Kini, Yusron cuma berharap satu hal, dia hanya ingin tetap jadi tukang ojek pangkalan untuk menyambung hidupnya. Ojek pangkalan di matanya tidak akan pernah ada matinya, meskipun sudah ditekan kanan kiri, meskipun juga penumpangnya sudah dicuri sana sini.

Begitulah ojek pangkalan mulai pudar di mata masyarakat, kemunculan ojek mode baru di Bojonegoro mulai menggeser ojek pangkalan ini. Kini ojek pangkalan, bagaikan berada di zona ‘hidup segan, mati tak mau’.

(Eko P)

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button
error: Content is protected !!