BojonegoroHeadline

Kakak Adik Pengrajin Kostum Karnaval, Banjir Order

Bojonegoro, NNews.co.id – Dua pemuda kakak adik terlihat sibuk di sebuah kontrakan Gang Wates Kelurahan Sumbang Kecamatan Bojonegoro Kota suatu siang hari. Selasa (15/8/2023). 

Sang kakak Riki (39) tahun jadi pengrajin sementara sang adik Singgih Prasetyo (34) tahun juga jadi pengrajin kostum karnaval berbahan Spon Eva . Entah apa gambaran tentang pengrajin kostum karnaval di benak mereka. Hingga, cita-cita mereka yang agak langka itu mengalami guncangan saat Pandemi Covid-19 tahun kemarin.

Bagi kedua kakak beradik ini, seorang pengrajin harusnya bisa bekerja diruang yang nyaman dan berfasilitas. ‘ Seperti ketika seorang pengrajin menciptakan karya-karyanya”,ujar Singgih, warga asal Desa Karangpacar, Kecamatan Bojonegoro Kota ini.

Mungkin dapat dihitung dengan jari, ada berapa banyak kaum muda yang mau jadi pengrajin. Saat ini jumlah pengrajin sejati di Bojonegoro juga masih tergolong kecil dibanding daerah lain.

Ada kemungkinan langkanya pengrajin di Bojonegoro menjadikan pamor kurang di mata kaum muda. Bisa juga karena hasil kerajinannya juga belum tersosialisasi dengan baik. Atau, karena belum ada pengrajin yang mentereng yang dikenal luas masyarakat.

” Mengemas sesuatu yang bernilai tidaklah sulit, tapi menjadikannya berharga perlu usaha lebih keras”,ucap Singgih.

Langkah Singgih dan Sang Kakak melakoni usahanya membuat kostum karnaval ini telah lama ditekuni sejak lima tahun silam. “Alhamdulillah, kini, karya kostum karnaval kami sudah banyak diminati masyarakat”,ini dijelaskan Singgih disela-sela kesibukannya. 

Disamping itu, menurutnya, order kostum karnavalnya justru banyak datang dari luar kota hingga luar pulau.

” Orderan banyak datang selama bulan Agustus tahun ini. Hampir dalam bulan ini kenaikan 70 persen. Meski harga dibandrol dengan harga jutaan”.

Harga bahan baku, ukuran dan tingkat kerumitan. Tak semua orang memiliki keahlian”,ucapnya.

Pada bulan-bulan lain kakak adik ini mengaku, seringkali menerima pesanan seperti maskot hari jadi, pawai budaya, hingga dekorasi acara.” Jika ada pengerjaan kadang dibantu hingga 5 orang”,imbuhnya. 

Riki kakak kandung Sigit Prasetyo melihat, kenyataan akan rendahnya kemauan generasi muda untuk usaha kerajinan tradisional. Seperti maskot karnaval, kembang mayang, uter, hingga dekor.

” Buat uter, atau kembang mayang itu minim peminatnya. Apalagi di kota sudah langka. Padahal itu penting saat ada hajatan nikah, pasti semua membutuhkan. Juga, kerajinan ini bisa uri-uri budaya “,ucapnya.

(Eko P)

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button
error: Content is protected !!