Kenthel Kain Khas Nganjuk Hasil Tenun Warga Bagor
Nganjuk, NNews.co.id – Penelusuran sejarah Komunitas Pecinta Sejarah dan Ekologi Nganjuk menelusuri asal mula kain Kenthel, yang tertulis dalam arsip Tropen Museum Belanda.
Di wilayah Kecamatan Bagor, tepatnya di Desa Banaran Kulon, Kecamatan Bagor, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur pada masa kolonial Belanda terdapat industri rumahan yang memproduksi kain.
Bahan bakunya berasal dari kain atau kapas ditanam sendiri oleh pengrajin di kebun mereka, selanjutnya di proses menjadi lawe atau benang dan ditenun menjadi kain.
Cara pemasaran dikala itu, pedagang datang ke rumah mengambil hasil tenunan dengan harga Rp 5.000 per lembar panjang 2,5 x 1 meter.
Hal ini di ceritakan oleh Jamiyem, 70 tahun anak dari Nenek Jainem seorang lansia yang sudah berusia 110 tahun yang merupakan pengrajin kain Kenthel tersebut.
Jamiyem menjelaskan, saat itu ia hanya membantu orang tuanya menenun kain Kenthel, sebagai pekerjaan sampingan. Bukti sejarah yang masih ada yaitu sisa lawe hasil kerajinan orang tuanya, jarum dari bamboo, kain warna lorek dan juga stagen atau kain panjang pengikat pinggang.
“ Dulu itu saya hanya membantu orang tua saya meneneun kain tersebut, yang saat itu ya jadi pekerjaan sampingan saya saja, pak” ujar Jamiyem, saat ditemui awak media NNews.co.id, Sabtu (3/4/2023).
Sementara itu, Amin Fuadi, budayawan kota sejuk mengatakan, hasil penelusuran tim, pada jaman kolonial belanda di Dusun Padangan, Desa Banaran Kulon, Kecamatan Bagor, terdapat 9 pengrajin kain.
“ Yang diberi nama kain Kenthel ini bisa menjadi referensi untuk menjadikan kain ini sebagai kain khas Nganjuk,”katanya,
“ Ciri khas kain hampir sama dengan kain khas Kota Solo maupun Yogyakarta, akan tetapi kain khas Kabupaten Nganjuk ini memiliki warna hitam putih,”tutur Amin,
Pihaknya akan mengusulkan kepada pemerintah daerah Nganjuk untuk membangkitkan kembali tenunan di Kabupaten Nganjuk.
Hariadi Soewandito