HUT Nganjuk, Bukan Boyong
Nganjuk, Nnews.co.id – Hari Ulang Tahun (HUT) Nganjuk yang di peringati setiap tanggal 10 April, Paradigma di masyarakat adalah Boyong Kabupaten, dari Berbek ke kota Nganjuk.
Tahun ini memasuki usia ke-1085, merujuk pada peristiwa sejarah Candi Lor di Desa Candirejo, Kecamatan Loceret, zaman Mataram Kuno 10 April 937 masehi.
Sedangkan, antara HUT Nganjuk dengan Boyong adalah prosesi berbeda, prosesi HUT Nganjuk, tertera dalam prasasti Candi Lor yang berada di Desa Candirejo, Kecamatan Loceret, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur.
HUT Nganjuk, yaitu pemberian hadiah tanah kamardikan dengan prosesi upacara Manusuk Sima, yang di lanjutkan dengan pesta pada masa MPU Sendok.
Upacara Manusuk Sima merupakan ruh dari prosesi penetapan Sima. Dimana sebelumnya dilakukan pemberian hadiah berupa uang emas atau perak, dan kain kepada semua yang hadir, turut menjadi saksi.
Sedangkan Boyong adalah perpindahan pejabat dari kabupaten Berbek ke kota Nganjuk pada masa penjajahan kolonial Belanda.
Seperti yang dijelaskan Sukadi, Humas Komunitas Pecinta Sejarah Nganjuk (Kota Sejuk), dalam forum dialog yang di selenggarakan di Museum Anjuk Ladang, masyarakat saat ini beranggapan HUT Nganjuk adalah Boyong.
“ Hal inilah yang perlu diluruskan, supaya masyarakat tidak terjebak dalam paradigma yang salah, upaya Kota Sejuk untuk meluruskan HUT Nganjuk dan Boyong,” Ujar Sukadi
“Pasnya ya Hari Jadi Nganjuk. Karena pada waktu itu (10 April 937) tidak ada yang namanya kabupaten. Kabupaten Nganjuk itu baru ada dan berdiri 1 Januari 1929,” Jelas Sukadi.
Lebih dari itu, Sukadi dan rekan-rekannya di Kotasejuk juga menyoroti bentuk visual peringatan Hari Jadi Nganjuk, yang disebutnya terdapat kekeliruan fatal.
Untuk diketahui, selama puluhan tahun, Pemkab Nganjuk selalu merayakan Hari Jadi Nganjuk dengan Pawai Alegoris Boyong, dari Pendopo Berbek ke Pendopo Nganjuk.
“Tidak ada hubungan sama sekali antara tradisi Boyong Berbek-Nganjuk dengan peringatan Hari Jadi Nganjuk. Keduanya adalah peristiwa besar dan bersejarah di Nganjuk, tetapi memiliki makna dan masa yang jauh berbeda,” ungkap Sukadi.
Hearing dikantor DPRD Nganjuk memberikan edukasi kepada masyarakat, seperti dialog yang saat ini dilakukan juga akan memasang Baner di sejumlah titik, untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat.
Sementara Rudy Handoko, Sejarawan Nganjuk. lebih detail menjelaskan, ada 3 rangkaian acara besar di Nganjuk, HUT Nganjuk, HUT Kabupaten Nganjuk, dan Pawai Boyong.
Ketiga acara ini sangat penting dalam sejarah Nganjuk, tetapi acara ini tidak dapat dilaksanakan bersama-sama, karena kejadiannya berbeda tanggal dan waktunya.
Memang secara umum prosesi Boyong lebih menarik perhatian masyarakat, sehingga pemerintah daerah mempertahankan prosesi ini.
“ Seharusnya Pemerintah Daerah juga melaksanakan itu di tanggal yang berbeda, tidak seperti yang dilaksanakan saat ini, HUT Nganjuk selalu dilaksanakan prosesi Boyong,” Ungkap Rudy Handoko
Rudy Handoko meminta kepada Pemerintah Daerah untuk dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat, agar masyarakat tidak terjebak HUT Nganjuk adalah Boyong.
Reporter : Hariadi Soewandito