Pemdes Ngraseh Berharap Makam Raden Adipati Harja Matahoen Dibangun Kembali
Bojonegoro,NNews.co.id – Pemerintah Desa Ngraseh Kecamatan Dander berharap Pemerintah Kabupaten Bojonegoro dapat melakukan penataan kembali (membangun ) area makam Raden Adipati Harja Matahoen di desa setempat.
Makam Raden Adipati Harja Matahoen terletak di Desa Ngraseh Kecamatan Dander. Berada sekitar 10 KM dari Kota Bojonegoro.
Jika pembangunan area makam Raden Harja Matahoen tersebut dapat terwujud maka akan menjadi sarana wisata relegi bagi masyarakat dan jadi penggerak roda ekonomi masyarakat setempat.
Selain itu, Desa Ngraseh Kecamatan Dander akan jadi ikon baru pariwisata di kawasan Bojonegoro.
Demikian diungkapkan oleh M.Maftukhin, Kepala Desa Ngraseh Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro ditemui dikediamannya, Jum”at (21/05/2021).
Selebihnya, ia pun menegaskan perlu berbagai upaya perbaikan maupun pelebaran akses jalan (gang-gang) masuk menuju makam tersebut karena jalannya terlalu sempit.
Selain itu, Maftukhin menilai, perlu adanya penataan kembali sarana fasilitas seperti pelebaran area makam, cungkup makam dan parkiran agar peziarah dapat berkunjung dengan aman dan tenang.
” Makam Raden Adipati Harja Matahoen adalah bagian sejarah dari Kabupaten Bojonegoro dan banyak memiliki karomah maka menjadi penting untuk ditata kembali keberadaanya supaya lebih aman dan nyaman “, pungkasnya.
Untuk diketahui, sebagaimana terpaparkan dalam prasasti yang terletak di makam tersebut, silsilah dari Raden Adipati Harja Matahoen.
Nama asli dari Adipati Harja Matahoen adalah Pangeran Sasongko atau Raden Songko. Beliau merupakan keturunan dari Raden Wijaya, penguasa Majapahit, dari darah Raden Patah, Raja Demak.
Lebih lanjut tertulis, bahwa Adipati Harja Matahoen gugur dalam peperangan melawan pasukan Madura dan Sampang di Badholeng, wilayah Sidayu (Kabupaten Gresik).
Peperangan tersebut terjadi karena Cakraningrat dari Madura tidak mau menghadap kepada Susuhunan Pakubuwono II di Kartasura.
Sebab itu, Raden Adipati Harja Matahoen dan bala tentara Jipang dikerahkan untuk menggempur Madura. Karena penguasa Sidayu, yaitu Raden Tumenggung Secadiningrat adalah putra Cakraningrat dari Madura,.
Gugurnya Raden Adipati Harja Matahoen terjadi pada Setu (Sabtu) Kliwon, tanggal 3, bulan Ruwah, tahun Jimakhir dalam Candra Sengkala gana (6) retu (6) obahing (6) jagad (1) atau tahun Jawa “1666” (1735 M).
Raden Tumenggung Kramawijaya, putra Adipati Harja Matahoen yang menjadi adipati Japan (sekitar Mojokerto), membawa Jenazah ayahnya tersebut ke wilayah Jipang. Akhirnya dimakamkan di Astana Majoranu, wilayah Bojonegoro.
Reporter : Eko Prayitno
Editor : Hariadi soewandito