Tradisi Tedak Siten Dan Serunya Berebut Uang
Nganjuk, NNews.co.id – Tradisi Piton – Piton atau tradisi Tedak Siten atau juga bisa disebut tradisi turun tanah merupakan rangkaian prosesi adat dari tanah Jawa yang diselenggarakan pada saat pertama kali seorang anak belajar menginjakkan kaki ke tanah , biasanya tradisi ini dilakukan pada anak usia tujuh bulan menginjak delapan bulan. Tradisi ini merupakan tradisi Jawa yang dilakukan secara turun temurun oleh nenek moyang.
Seperti yang dilakukan oleh pasangan suami istri, Mita Rosiana Dan Seno Aji warga Desa Sukorejo Kecamatan Loceret Nganjuk, pasutri ini menggelar tradisi turun tanah untuk putra pertamanya bernama Valino Keenan Nugroho yang baru berumur 7 bulan.
Tradisi dimulai dari sang bayi yang di mandikan dengan air bunga tujuh rupa kemudian di dandani dan bedak-i agar terlihat menawan lalu di pakaikan mahkota dari daun kelapa dengan hiasan bunga mawar. Kemudian bayi dituntun berjalan menginjak jadah tujuh warna menuju tangga yang terbuat dari batang tebu sebanyak 7 anak tangga.
Tak lupa sang Kakek Suyadi Dan Nenek Endang Retnowati juga ikut membawa kaki cucunya menaiki tujuh tangga yang terbuat dari pohon tebu.
Usai itu kaki anak di injakkan ke tanah dan di siram dengan bunga kembang setaman oleh kedua orang tuanya, lalu sisa airkembang di letakkan ke tempat ari ari sang anak.
Kemudian sang anak dimasukkan ke dalam kurungan yang sudah di persiapkan yang di dalamnya terdapat barang barang berupa buku ,kitab suci , kopyah atau peci,pensil, sisir ,kaca rias, dan uang. Apapun yang dipilih sang bayi di yakini akan membawa kebaikan pada sang bayi hingga tercapai cita citanya, sementara dalam prosesi ini Keenan memilih kopyah dan kaca.
“Maksud kami mengadakan acara ini selain untuk melaksanakan tradisi adat jawa, kami berharap agar anak kami bisa melangkah setapak demi setapak, meraih cita citanya yang tinggi, serta sebagai rasa syukur kami. Dan saat di masukkan ke dalam kurungan sebagai simbol agar anak kita diberikan perlindungan dan dijauhkan dari malapetaka serta selalu dilindungi oleh Allah SWT.” Ujar Mita rosiana ibu keenan
Tradisi ini berkahir dengan pembagian rizki, dengan perebutan uang logam, serta puluhan dor prize. Puluhan warga dari anak-anak hingga orang dewasa yang berkumpul langsung saling berebut, untuk mendapakan uang logam tersebut dengan penuh antusias.
Meski berebut, namun tak membuat jera warga seperti Samsona warga setempat ini ia ikut berebut dan mendaptkan uang sebanyak delapan ribu rupiah, dan dor prize berupa alat alat masak.
Meskipun tradisi turun tanah bagi bayi ini mempunyai arti yang penting, sayangnya sudah banyak ditinggalkan oleh masyarakat jawa itu sendiri, salahsatunya akibat maraknya budaya modern yang semakin berkembang.
Reporter : Yesi Krismonita
Editor : Hariadi Soewandito